Dewasa ini sepertinya perkembangan teknologi tumbuh secara tak terkendali sehingga menyebabkan banyak permasalahan termasuk dalam hal kejahatan siber. Di Amerika FBI sedang menyelidiki tentang modus penipuan Pig Butchering Scam yang memang sedang marak terjadi, korbannya mereka ambil dari jejaring sosial atau sosial media. Sudah banyak korban disana dan sayangnya Indonesia juga ada satu korban modusnya sama melalui investasi kripto.
Beberapa Hal Mengenal Pig Butchering Scam yang Mengancam Keamanan Penggunanya
Mungkin memang baru satu korban di Indonesia yang terjerat penipuan Pig Butchering Scam, namun hal tersebut tidak menutup kemungkinan akan hadir korban lainnya. Oleh sebab itu kali ini Ruang Udara akan membahas apa itu Pig Butchering Scam dan bagaimana modusnya. Mengingat penipuan ini masih baru sehingga tak semua orang tahu termasuk si korban AA. Berikut beberapa poinnya.
1. Sedang Marak Terjadi di Amerika dan Sedang Diselidiki FBI

Pig Butchering Scam sendiri adalah penipuan yang bermodus pada investasi kripto, sehingga tentunya tidak semua orang tertarik namun bukan menutup kemungkinan bisa terhindar darinya. Investasi tersebut memang sangat digemari di luar Indonesia salah satunya Amerika, tidak heran jika kejahatan siber itu sedang menggentayanginya.
Namun lagi-lagi perlu ditekankan bahwa hal tersebut tidak menutup kemungkinan warga negara Indonesia terhindar darinya karena sudah ada korban yang sudah merugi 500 juta rupiah. Modusnya memang penipu mengaku sebagai WNA lalu menjalin hubungan baik dengan calon korban lalu mulai menawari juga membujuknya melakukan penanaman kripto tersebut.
2. Warga Negara Indonesia sudah ada yang Menjadi Korban

Seperti sudah disinggung sebelumnya, bahwa WNI sudah ada yang menjadi korban dengan kerugian 500 juta. Korban mengaku mengenal pelaku melalui DM (Direct Message) dan berkenalan layaknya teman biasa lalu berlanjut komunikasi melalui aplikasi chatting WhatsApp. Disitulah pelaku berusaha mendekati dengan perhatian.
Seperti teman pada umumnya menanyakan sedang apa, apakah sudah makan dan sebagainya. Hal tersebut memang dijadikan sebagai modus pelaku untuk membangun kepercayaan calon korban padanya. Setelah sepertinya sudah mulai dekat dan setiap hari berkomunikasi, pelaku akan menawari investasi kripto menggunakan aplikasi abal-abal.
3. Modus Lama tetapi Baru Digunakan Banyak Pelaku di Ranah Digital

Usut punya usut ternyata sebenarnya modus ini sudah ada sejak dulu, hanya saja karena perkembangan teknologi saat ini tidak terkendali semakin meluas kejahatannya. Pig Butchering Scam sendiri adalah modus penipuan digital melalui hubungan kepercayaan yang dibangun baik romantisme atau pertemanan, lalu memancingnya untuk ikut investasi kripto.
Pelaku akan terus menyudutkan korbannya agar mengisi akun kriptonya secara terus menerus, menggemukkannya di saat yang tepat pelaku akan memutus hubungan pada korbannya. Tentu saja pergi membawa uang hasil top up korban selama berhubungan dengan pelakunya, sehingga hal ini bisa saja terjadi pada siapapun. Tetap terus waspada.
4. Sasarannya melalui Jejaring Sosial atau Sosial Media sebagai WNA

Tempat pelau menemukan korbannya adalah sosial media, hal tersebut karena disana semua pengguna terlihat sering terlalu membuka kehidupannya sehingga terlihat seberapa lugu atau bagaimana karakternya. Pelakunya memang seringkali mengaku sebagai warga negara asing karena dijadikan kunci menarik perhatian calon korbannya.
Tahu sendiri bagaimana excited-nya masyarakat terhadap orang asing, termasuk korban berinisial AA yang sudah dijelaskan mengalami kerugian 500 juta. Pelakunya mengaku sebagai orang Korea Selatan, tentu saja langsung tertarik berhubungan lebih dekat sebagai teman. Disitulah celah bagi pelaku meneruskan aksi penipuannya.
5. Bagi Mereka yang Masih Awam Krypto Menjadi Sasaran Empuk

Investasi kripto ini sendiri memang masih belum banyak penggemarnya di Indonesia. Oleh sebab itulah tidak heran jika pelaku Pig Butchering Scam sendiri kebanyakan mengaku sebagai orang luar dan sesuai dengan kesaksian korban orang Indonesia AA, uang yang dimasukkan ke akun kriptonya bermata uang USD. Hal tersebut juga menjadi salah satu usaha membuat korbannya tetap percaya.
6. Penipuan dilakukan Semeyakinkan Mungkin agar Korban Percaya

Selain menggunakan mata uang USD di dalam akun kriptonya, pelaku juga akan melakukan segala usaha termasuk membuat korbannya tetap bisa menarik uangnya setelah pertama kali mendapatkan akumulasi keuntungannya. Hal tersebut otomatis membuat korbannya percaya bahwa investasi kripto tersebut terpercaya.
Melihat keenam poin di atas bisa disimpulkan bahwa semakin berkembangnya teknologi di saat itu juga pelaku penipuan baik di dalam ruang digital atau secara langsung, sudah pintar. Mereka tahu apa saja kelemahan korban sehingga menjadikannya kunci aksinya.