Seperti sudah dibahas sebelumnya alasan mengapa pelaku pig butchering scam memilih sosial media sebagai tempat melancarkan aksinya terutama modus pertama pendekatan pada calon korban. Hal tersebut akhirnya memberikan ruang untuk muncul pertanyaan mengapa modus penipuannya tersebut dianggap sebagai salah satu kejahatan siber? Mengingat beberapa orang pasti akan mengiranya penipuan lebih personal seseorang. Berikut akan dijelaskan alasannya.
Beberapa Alasan Pig Butchering Scam Dianggap sebagai Salah Satu Kejahatan Siber
Pada dasarnya jika seseorang sudah paham bagaimana proses kerja modus dari pig butchering scam tentunya tahu beberapa alasan mengapa dianggap sebagai kejahatan siber. Namun mereka yang masih belum terlalu memahaminya akan merasa penipuan personal karena terjadi di tengah komunikasi korban dengan penjahatnya. Berikut alasan-alasannya melalui enam poin.
1. Dilakukan Melalui Dunia Maya Menggunakan Ruang Digital

Jika melihat lagi penjelasan pada pembahasan Ruang Udara sebelumnya, tempat pertama yang banyak dijadikan incaran oleh pelaku adalah melalui sosial media. Hal itu membuktikan bahwa pig butchering scam ini berlangsung di dalam dunia maya menggunakan ruangan digital tentu saja masuk ke dalam kejahatan siber.
Siber sendiri bisa diartikan sebagai semua kegiatan dilakukan melalui ruang digital baik menggunakan internet atau tidak dan dunia maya masuk ke dalam salah satu produk internet. Oleh sebab itulah selama pig butchering scam dilakukan melalui sosial media, baik Instagram atau dilanjutkan ke dalam ruang private seperti WhatsApp sama saja termasuk kejahatan siber.
2. Tidak Bisa Dilacak karena Memanipulasi Jejak Digitalnya

Salah satu alasan mengapa pihak berwajib sulit untuk melacak pelaku kejahatan siber termasuk pig butchering scam adalah mereka memanipulasi jejak digitalnya. Hal tersebut lah yang menjadi alasan mengapa penipuan tersebut masuk ke dalam kejahatan siber. Tidak hanya penjahat pig butchering saja tetapi hampir semua melakukannya.
Memanipulasi jejak digital yang dimaksud sendiri luas, mempunyai banyak cara. Jika peretas mungkin akan memalsukan alamat server aslinya sehingga ketika dilacak akan masuk ke dalam jejak digital palsunya. Sedangkan untuk pig butchering scam, menurut penuturan saksi yang merupakan korban kemungkinan pelakunya memalsukan akun instagramnya, nomor WhatsApp, hingga nama.
3. Pelaku Melakukan Kejahatannya secara Virtual

Alasan ketiga ini cukup jelas karena pelaku melakukan kejahatannya secara virtual sehingga masuk ke dalam kejahatan siber. Jika melakukannya secara langsung tentu saja jenis kejahatan itu menjadi sama seperti pencurian serta pembunuhan. Virtual sendiri tidak dilakukan tatap muka dimana menggunakan media ruang digital.
Dari HP, PC, Laptop hingga dunia maya yang masuk di dalamnya sosial media. Virtual tersebut bisa dikatakan tidak langsung secara fisik sehingga melalui pemanfaatan teknologi. Tidak heran jika pig butchering scam juga dianggap sebagai resiko kesekian dengan adanya kemajuan teknologi di masa depan juga sekarang.
4. Memanfaatkan Aplikasi Investasi Kripto Abal-abal

Melansir dari kompas.com, kesaksian dari korban AA melakukan penanaman modal kripto pada sebuah aplikasi melalui website. Tampilan websitenya tersebut memang terlihat sangat meyakinkan, setiap orang pasti akan percaya ketika membuka dan menggunakannya. Selama sebulan tertipu, AA menumpuk uangnya di dalam aplikasi abal-abal tersebut.
Penggunaan aplikasi investasi kripto abal-abal tersebut sudah menjadi bukti otentik sehingga alasan selanjutnya karena penipuan pig butchering memanfaatkan aplikasinya tersebut. Dengan bakatnya pelaku secara sadar sengaja menciptakan sebuah situs untuk menjadi wadah digital menampung semua uang milik korbannya tersebut.
5. Termasuk Salah Satu Penipuan Financial Technology

Pada dasarnya jika ditelusuri dan dipahami lagi, pig butchering scam ini sudah termasuk sebagai salah satu penipuan financial technology. Dimana semua proses dilakukan secara online melalui website yang sudah dijelaskan di poin sebelumnya. Tidak ubahnya dengan soceng atau social engineering, penipu ini menggiring korbannya untuk bergabung dalam investasi kripto.
6. Tidak Ada Pertemuan secara Fisik atau Bertatap Muka

Sudah sedikit disinggung bahwa kejahatan siber biasanya dilakukan secara virtual dalam artian tidak ada pertemuan secara fisik atau tatap muka. Sedangkan pig butchering scam juga melakukan hal sama, meskipun menurut AA pelakunya sempat melakukan panggilan video untuk membuatnya percaya tetapi tetap masuknya ke dalam pertemuan virtual.
Apapun alasannya, masyarakat Indonesia tetap harus selalu waspada terhadap modus penipuan pig butchering scam. Meskipun baru satu korbannya dan jangan sampai ada lagi, jangan jadikan sebagai alasan menyepelekan kejahatan siber tersebut.